Tugas IBD
Prosa lama
Tukang Sepatu dan Liliput
Dahulu kala, disebuah kota tinggal seorang Kakek dan Nenek
pembuat sepatu. Mereka sangat baik hati. Si kakek yang membuat sepatu sedangkan
nenek yang menjualnya. Uang yang didapat dari setiap sepatu yang terjual selalu
dibelikan makanan yang banyak untuk dibagikan dan disantap oleh orang-orang
jompo yang miskin dan anak kecil yang sudah tidak mempunyai orangtua. Karena
itu walau sudah membanting tulang, uang mereka selalu habis. Karena uang mereka
sudah habis, dengan kulit bahan sepatu yang tersisa, kakek membuat sepatu
berwarna merah. Kakek berkata kepada nenek, “Kalau sepatu ini terjual, kita
bisa membeli makanan untuk Hari Raya nanti.
Tak lama setelah itu, lewatlah seorang gadis kecil yang tak
bersepatu di depan toko mereka. “Kasihan sekali gadis itu ! Ditengah cuaca
dingin seperti ini tidak bersepatu”. Akhirnya mereka memberikan sepatu berwarna
merah tersebut kepada gadis kecil itu.
“Apa boleh buat, Tuhan pasti akan menolong kita”, kata si
kakek. Malam tiba, merekapun tertidur dengan nyenyaknya. Saat itu terjadi
kejadian aneh. Dari hutan muncul kurcaci-kurcaci mengangkut kulit sepatu,
membawanya ke rumah si kakek kemudian membuatnya menjadi sepasang sepatu yang
sangat bagus. Ketika sudah selesai mereka kembali ke hutan.
Keesokan paginya kakek sangat terkejut melihat ada sepasang
sepatu yang sangat hebat. Sepatu itu terjual dengan harga mahal. Dengan hasil
penjualan sepatu itu mereka menyiapkan makanan dan banyak hadiah untuk
dibagikan kepada anak-anak kecil pada Hari Raya. “Ini semua rahmat dari Yang
Maha Kuasa”.
Malam berikutnya, terdengar suara-suara diruang kerja kakek.
Kakek dan nenek lalu mengintip, dan melihat para kurcaci yang tidak mengenakan
pakaian sedang membuat sepatu. “Wow”, pekik si kakek. “Ternyata yang membuatkan
sepatu untuk kita adalah para kurcaci itu”. “Mereka pasti kedinginan karena tidak
mengenakan pakaian”, lanjut si nenek. “Aku akan membuatkan pakaian untuk mereka
sebagai tanda terima kasih”. Kemudian nenek memotongh kain, dan membuatkan baju
untuk para kurcaci itu. Sedangkan kakek tidak tinggal diam. Ia pun membuatkan
sepatu-sepatu mungil untup para kurcaci. Setelah selesai mereka menjajarkan
sepatu dan aju para kurcaci di ruang kerjanya. Mereka juga menata meja makan,
menyiapkan makanan dan kue yang lezat di atas meja.
Saat tengah malam, para kurcaci berdatangan. Betapa
terkejutnya mereka melihat begitu banyaknya makanan dan hadiah di ruang kerja
kakek. “Wow, pakaian yang indah !”. Merek segera mengenakan pakaian dan sepatu
yang sengaja telah disiapkan kakek dan nenek. Setelah selesai menyantap
makanan, mereka menari-nari dengan riang gembira. Hari-hari berikutnya para
kurcaci tidak pernah dating kembali.
Tetapi sejak saat itu, sepatu-sepatu yang dibuat Kakek
selalu laris terjual. Sehingga walaupun mereka selalu memberikan makan kepada
orang-orang miskin dan anak yatim piatu, uang mereka masih tersisa untuk
ditabung. Setelah kejadian itu semua, Kakek dan dan nenek hidup bahagia sampai
akhir hayat mereka.
Unsur Intrinsik :
Tema :
Kebaikan kakek dan nenek
Alur : alur
maju
Setting Tempat : toko dan rumah
Tokoh : - Kakek dan Nenek : baik hati, senang memberi
-Gadis kecil
- kurcaci : penolong
Waktu : Tidak diketahui
Suasana : -terkejut : “Wow”, pekik si kakek. “Ternyata yang membuatkan sepatu
untuk kita adalah para
kurcaci itu”.
-gaduh : Malam
berikutnya, terdengar suara-suara diruang kerja kakek
Amanat :
-kita harus iklas apabila memberi sesuatu keorang lain
-tuhan akan memberikan lebih kalau kita mau berbagi
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan
sabar dan rendah hati.
-tuhan akan membalas berkali-kali lipat hal yang kita
lakukan
-Hendaknya kita dapat menolong sesama yang membutuhkan
-Tuhan pasti memberi kita rezeki
Unsur Ekstrinsik :
1. Nilai Moral
:
Kita harus bersikap prihatin kepada orang yang membutuhkan,
dalam arti kita harus tolong menolong sesama manusia
.
2. Nilai Budaya
:
Sebagai orang tua, mereka pantas menjadi contoh untuk para
pemuda
3. Nilai Sosial
:
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada
orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
4. Nilai Religius
:
Tuhan selalu membalas sesuatu yang kita lakukan .
5. Nilai Pendidikan
:
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada
orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
sumber dongeng : http://dongeng1001malam.blogspot.com/2005/03/tukang-sepatu-dan-liliput.html
Prosa baru
BIOGRAFI ALBERT EINSTEIN
Sumber : http://www.kumpulankaryapuisi.blogspot.com/2010/04/doa.html#ixzz2PKCoRPmz
Prosa baru
BIOGRAFI ALBERT EINSTEIN
Albert Einstein lahir di Ulm, di Württemberg, Jerman, pada tanggal 14 Maret
1879. Enam minggu kemudian keluarganya pindah ke Munich, di mana ia kemudian
mulai sekolah di Gymnasium Luitpold. Lalu, mereka pindah ke Italia dan Albert
melanjutkan pendidikannya di Aarau, Swiss. Dan pada tahun 1896, ia memasuki
Sekolah Politeknik Federal Swiss di Zurich untuk dilatih sebagai seorang guru
di fisika dan matematika. Pada tahun 1901, ia mendapatkan ijazah, ia memperoleh
kewarganegaraan Swiss dan, karena ia tidak dapat menemukan tempat mengajar, ia
menerima posisi sebagai asisten teknis di Kantor Paten Swiss. Pada 1905, ia
memperoleh gelar doktornya.
Selama tinggal di Kantor Paten, dan dalam waktu luangnya, ia menghasilkan
banyak karya yang luar biasa . Dan pada tahun 1908, ia diangkat Privatdozent di
Berne. Pada tahun 1909 ia menjadi Profesor Luar Biasa di Zurich, pada tahun
1911 Profesor Fisika Teoretis di Praha, kembali ke Zurich pada tahun berikutnya
untuk mengisi pos yang sama. Pada 1914 ia diangkat sebagai Direktur Kaiser
Wilhelm Fisik Institute dan Profesor di Universitas Berlin. Ia menjadi warga
negara Jerman pada tahun 1914 dan tetap di Berlin sampai 1933 ketika dia
meninggalkan kewarganegaraan karena alasan politik dan beremigrasi ke Amerika
untuk mengambil posisi Profesor Fisika Teoretis di Princeton . Ia menjadi warga
negara Amerika Serikat pada tahun 1940 dan pensiun dari jabatannya pada tahun
1945.
Setelah Perang Dunia II, Einstein adalah seorang tokoh terkemuka dalam
Gerakan Pemerintah Dunia, ia ditawari Presidensi Negara Israel, yang menolak,
dan ia bekerja sama dengan Dr Chaim Weizmann dalam membangun Universitas Ibrani
Yerusalem.
Einstein selalu tampaknya memiliki pandangan yang jelas tentang masalah
fisika dan tekad untuk menyelesaikannya. Dia punya strategi sendiri dan mampu
memvisualisasikan tahap utama dalam perjalanan ke tujuannya. Ia menganggap
prestasi besar sebagai hanya loncatan-batu untuk kemajuan berikutnya.
Pada awal karya ilmiahnya, Einstein menyadari kekurangan mekanika Newton
dan teori relativitas khusus nya berasal dari upaya untuk mendamaikan hukum
mekanika dengan hukum medan elektromagnetik. Ia berurusan dengan masalah klasik
mekanika statistik dan masalah di mana mereka bergabung dengan teori kuantum:
hal ini menyebabkan penjelasan tentang gerakan Brown dari molekul. Dia
menyelidiki sifat termal cahaya dengan kepadatan radiasi rendah dan
pengamatannya meletakkan dasar teori foton cahaya.
Pada hari-hari awal di Berlin, Einstein menduga bahwa interpretasi yang
benar dari teori relativitas khusus juga harus memberikan teori gravitasi dan
pada tahun 1916 ia menerbitkan makalahnya tentang teori relativitas umum. Selama
waktu ini ia juga berkontribusi pada masalah teori radiasi dan mekanika
statistik.
Pada tahun 1920-an, Einstein memulai pembangunan teori medan bersatu,
meskipun ia terus bekerja pada interpretasi probabilistik dari teori kuantum,
dan ia bertahan dengan bekerja di Amerika. Dia berkontribusi pada mekanika
statistik dengan pengembangan tentang teori kuantum gas monoatomik dan dia juga
dicapai berharga bekerja sehubungan dengan probabilitas transisi atom dan
kosmologi relativistik.
Setelah pensiun, ia terus bekerja menuju penyatuan konsep dasar fisika,
mengambil pendekatan yang berlawanan, geometrisation, untuk sebagian besar
fisikawan.
Penelitian Einstein yang, tentu saja, juga mencatat dan karya-karyanya
lebih penting termasuk Teori Relativitas Khusus (1905), Relativitas (terjemahan
bahasa Inggris, 1920 dan 1950), Teori Relativitas Umum (1916), Investigasi pada
Teori Gerakan Brown (1926) , dan Evolusi Fisika (1938). Di antara non-ilmiah
karya, Tentang Zionisme (1930), Mengapa Perang? (1933), Filsafat saya (1934),
dan Out dari Tahun Kemudian saya (1950) mungkin adalah yang paling penting.
Albert Einstein menerima gelar doktor kehormatan di bidang ilmu
pengetahuan, kedokteran dan filsafat dari universitas Eropa dan Amerika banyak.
Selama tahun 1920-an dia mengajar di Eropa, Amerika dan Timur Jauh dan ia
dianugerahi Fellowships atau Keanggotaan semua akademi ilmiah terkemuka di
seluruh dunia. Ia memperoleh berbagai penghargaan sebagai pengakuan atas
karyanya, termasuk Copley Medal dari Royal Society of London pada tahun 1925,
dan Medali Franklin dari Institut Franklin pada tahun 1935.
Hadiah Einstein pasti mengakibatkan tempat tinggalnya banyak dalam
kesendirian intelektual dan, untuk relaksasi, musik memainkan bagian penting
dalam hidupnya. Ia menikah Mileva Maric pada tahun 1903 dan mereka memiliki
seorang putri dan dua putra, pernikahan mereka dibubarkan pada tahun 1919 dan
pada tahun yang sama ia menikahi sepupunya, Elsa Lowenthal, yang meninggal pada
tahun 1936. Dia meninggal pada tanggal 18 April 1955 pada Princeton, New
Jersey.
Unsur intrinsik :
Tema : kisah albert einstein
Alur : alur maju dan mundur
Setting / Latar :
· Tempat: Ulm, Württemberg .
Munich. Italia,Aarau,Swiss. Amerika Serikat. Princeton, New Jersey.
· Waktu
: 14 Maret 1879 . 1896 .1901.1905.1911.1914.1933.1914.1909.1945.1920.
1930.1905.1916.1933.1934.1925.18 April 1955
Amanat :
- teruslah melakukan percobaan
- belajar yang rajin
- jangan pernah menyerah
- berusahlah sampai tercapai apa
yang kita mau
Unsur ekstrinsik :
Nilai Agama : berdoa
dan berusaha, agar tercapai apa yg dimau
Nilai Moral : bijaklah
dalam mengambil keputusan
Nilai Pendidikan : teruslah
belajar sampai tercapai cita-cita mu
PUISI
DOA
kepada pemeluk teguh
Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Sumber : http://www.kumpulankaryapuisi.blogspot.com/2010/04/doa.html#ixzz2PKCoRPmz
resensi
Puisi “Doa” karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema
tentang ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama,
diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata bernaka ketuhanan. Kata
“dua” yang digunakan sebagai judul menggambarkan sebuah permohonan atau
komunikasi seorang penyair dengan Sang Pencipta. Kata-kata lain yang mendukung
tema adalah: Tuhanku, nama-Mu, mengingat Kau, caya-Mu, di pintu-Mu. Kedua, dari
segi isi puisi tersebut menggambarkan sebuah renungan dirinya yang menyadari tidak
bisa terlepas dari Tuhan.
Dari cara penyair memaparkan isi hatinya, puisi”Doa”sangat
tepat bila digolongkan pada aliran ekspresionisme, yaitu sebuah aliran yang
menekankan segenap perasaan atau jiwanya.
Puisi yang bertemakan ketuhanan ini memang mengungkapkan
dialog dirinya dengan Tuhan. Kata “Tuhan” yang disebutkan beberapa kali
memperkuat bukti tersebut, seolah-olah penyair sedang berbicara dengan Tuhan.
Nama berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan
(feeling) atau sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti
keadaan perasaan pembaca sebagai akibat pembacaan puisi.
Nada yang berhubungan dengan tema ketuhanan menggambarkan
betapa dekatnya hubungan penyair dengan Tuhannya. Berhubungan dengan pembaca,
maka puisi “Doa” tersebut bernada sebuah ajakan agar pembaca menyadari bahwa
hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah
diri kita dengan Tuhan. Hayatilah makna hidup ini sebagai sebuah “pengembaraan
di negeri asing”.
Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam
puisi ”Doa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu.
Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain: termenung,
menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa berpaling.
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi
amanat kepada pembaca agar menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan
Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung (termenung)
seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya
hidup kita hanyalah sebuah ”pengembaraan di negeri asing” yang suatu saat akan
kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut:
Tuhanku,
Di Puntu-Mu Aku mengetuk
Aklu tidak bisa berpaling
Nama :Hafizd Arrohman
kelas : 1KA38
NPM : 13112250
Nama :Hafizd Arrohman
kelas : 1KA38
NPM : 13112250
Comments
Post a Comment